Perpustakaan sebagai
sebuah organisasi yang memberikan pelayanan kepada pemustaka, tetaplah dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang baik. Sebuah pelayanan di perpustaka- an
dapat dinilai baik, apabila pelayanan tersebut dapat memberikan nilai kepuasan
bagi pemusta-kanya.
Terkadang tidak
disadari oleh para pengelola perpustakaan, bahwa perpustakaan dapat dikatakan sebagai
“perusahaan” yang secara tidak langsung “menjual” jasanya kepada pemustaka.
Sebagai sebuah “perusahaan” yang menjual jasa kepada pemustaka, perpustakaan
dituntut untuk dapat memberikan kepuasan kepada konsumennya yang dalam hal ini
adalah pemustaka.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh
perpustakaan untuk dapat memberikan kepuasan kepada pemustaka. Salah satu hal
yang dapat diberikan oleh perpustakaan untuk dapat memberikan kepuasan kepada
pemustaka adalah dengan memberikan pelayanan yang baik kepada mereka. Adanya
penerapan sebuah konsep layanan yang berorientasi kepada pemustaka sangatlah
diperlukan, karena fungsi dari lembaga informasi adalah untuk mendekatkan
kebutuhan pemustaka. Lembaga informasi/ perpustakaan memiliki tugas untuk
memfasilitasi, bukan untuk mensabotase kebutuhan pemustaka.
Dalam dunia pemasaran dikenal sebuah konsep yang dikenal dengan bauran
pemasaran dengan paradigma 4C, yaitu sebuah konsep pemasaran yang berorientasi
kepada konsumen dalam menjual produknya. Apabila diterapkan di perpustakaan,
produk yang dijual dalam hal ini adalah jasa yang diberikan oleh perpustakaan
kepada pemustaka. Salah satu bentuk jasa dalam hal ini adalah pelayanan
informasi yang diberikan perpustakaan kepada pemustaka.
Bauran
pemasaran (marketing mix) juga
dikenal sebagai kelompok kiat pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk
mencapai target market. Fungsinya
adalah untuk mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap produk atau jasa yang
dihasilkan oleh organisasinya. Konsep bauran pemasaran tidak mutlak milik
perusahaan atau organisasi bisnis, tetapi juga dapat diterapkan pada
perpustakaan.
Dalam proses pemasaran, akan menyentuh elemen-elemen
pemasaran dari hari ke hari, misalnya interaksi antara pustakawan dengan dengan
pemustaka, termasuk disini adanya penyediaan waktu untuk mengadakan pertemuan
dengan pemustaka. Ada beberapa kegiatan perpustakaan yang secara eksplisit
terkait dengan proses pemasaran misalnya survey perilaku pemustaka dan lainya.
Bauran
pemasaran (marketing mix) dengan
paradigma 4C yang terdiri dari costumer
value, cost to the costumer, convenience dan communication. Konsep tersebut saling berhubungan erat dan tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang maksimal.
Penerapan konsep bauran pemasaran
4C, yaitu : (1) Costumer value, yang berarti perpustakaan harus memperhatiakn
need and want dari pemustakannya yang
diharapkan akan menambah nilai dari pelayanan informasi, misalnya dengan
menambah jam layanan. (2) Cost to the
Costumer, perpustakaan harus mempertimbangan antara informasi yang
diberikan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemustaka. (3) Convinience, dalam penerapan konsep ini
perpustakaan harus dapat memberikan kenyaman dalam hal akses informasi kepada
pemustaka. (4) Communication,
komunikasi dalam konsep pemasaran lebih ditekankan pada aspek promosi, dalam
hal tersebut adalah untuk memperkenalkan kepada pemustaka tentang jasa dan
layanan informasi di perpustakaan. Selanjutnya diharapkan pemustaka akan datang
dan memanfaatkan layanan informasi di perpustakaan.
Konsep tersebut di atas
memungkinkan terciptanya sebuah perpustakaan yang berorientasi kepada
pemustaka, sehingga diharapkan dengan penerapan bauran pemasaran tersebut akan
meningkatkan tingkat kepuasan pemustaka. (by djoko prasetyo)
Corrall, Sheila, Breverton, Antony. The New Professional’s Handbook : your guide
to information services management. London
: Library Association Publishing, 1999.247.