Selasa, 30 Juli 2013

MEMBANGUN PERSEPSI POSITIF PERPUSTAKAAN




Persepsi  dapat didefinikan sebagai suatu  proses penginderaan,  yang merupakan diterimanya stimulus oleh individu melalui inderanya, selanjutnya diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya. Pengalaman dan proses belajar individu biasanya akan mempengaruhi proses menginterpretasikan stimulus yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Dengan demikian jika seseorang memiliki pengalaman yang menyenangkan dengan perpustakaan, maka orang tersebut akan sering berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan layanan yang ada. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya maka orang tersebut akan meninggalkan perpustakaan.


Dari uraian tersebut di atas adalah “penting” bahwa perpustakaan harus dapat menciptakan persepsi yang positif tentang perpustakaan, karena jika yang terjadai adalah persepsi yang negatif, maka perpustakaan akan ditinggalkan.

Jelaslah bahwa persepsi seseorang tentang perpustakaan dapat menentukan seseorang untuk mengambil sebuah keputusan akan menggunakan perpustakaan atau tidak. Perpustakaan mestinya dapat membuat persepsi positif, jika terdapat persepsi yang positif terhadap perpustakaan, maka perpustakaan akan ramai dikunjungi dan dimanfaatkan oleh pemustaka.

Kesan positif perpustakaan harus dibangun, agar perpustakan memiliki citra atau brand image yang positif. Membangun brand bukanlah sebuah pekerjaan yang ringan, namun memerlukan proses dengan waktu yang cukup lama. Bagaimana perpustakaan mencipkatan brand sehingga pengguna akan semakain lengket dengan keberadaan perpustakaan. 

Brand pada dasarnya dibangun sebagai sebuah label atau kepemilikan. Namun demikian, pada jaman sekarang merek adalah sesuatu di mana orang-orang berharap banyak seperti dinyatakan oleh Fisk dalam bukunya Marketing Genius (2006 : 134). Dalam hal tersebut orang akan merefleksikan dan berhubungan dengan merek-merek tersebut. Tindakan  akan dilakukan untuk mendefinisikan aspirasi mereka dan  membuat mereka mampu berbuat. Jika perpustakaan sudah mempunayai  brand positif, maka perpustakaan akan menjadi harapan semua orang dalam pemenuhan kebutuhan akan informasi atau bahan perpustakaan.

Kesan positif terhadap perpustakaan perlu dibangun, diantaranya adalah yang berhubungan dengan persepsi. Persepsi seseorang terhadap perpustakaan dapat menyangkut banyak hal, seperti lokasi, keadaan gedung, ruangan, perabot, fasilitas, koleksi, layanan, sampai pada persepsi terhadap petugas perpustakaan atau pustakawannya.

Jadi obyek dari persepsi tidak hanya berupa gedung, namun dapat dari sisi layanan, koleksi, ruangan, dan pustakawannya. Tentang persepsi seseorang terhadap pustakawan akan menyangkut penampilan, keterampilan serta sikapnya dalam melayani pemustaka. Penampilan seseorang akan menggambarkan peran, status, pendidikan, pekerjaan, tingkat sosial, kepribadian seseorang.

Seorang pustakawan jika ingin memiliki image profesional maka harus memperhatikan penampilannya. Misalnya dengan mengenakan pakaian yang bersih, pantas dan serasi. Perhatikan juga tatanan rambut dan kebersihan diri seperti yang disampaikan oleh Martini dan Farida dalam  bukunya yang berjudul Psikologi Perpustakaan (2010 : 4.39). Selain hal tersebut pustakawan jga harus dapat menunjukan bahwa ia memiliki kompetensi atau kemampuan, bersikap ramah dan bersedia membantu. (Djoko Pras)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar