Persepsi
dapat didefinikan sebagai suatu proses penginderaan, yang merupakan diterimanya stimulus oleh
individu melalui inderanya, selanjutnya diinterpretasikan sehingga individu
dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya. Pengalaman dan
proses belajar individu biasanya akan mempengaruhi proses menginterpretasikan
stimulus yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Dengan demikian jika
seseorang memiliki pengalaman yang menyenangkan dengan perpustakaan, maka orang
tersebut akan sering berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan layanan yang
ada. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya maka orang tersebut akan
meninggalkan perpustakaan.
Dari
uraian tersebut di atas adalah “penting” bahwa perpustakaan harus dapat
menciptakan persepsi yang positif tentang perpustakaan, karena jika yang
terjadai adalah persepsi yang negatif, maka perpustakaan akan ditinggalkan.
Jelaslah
bahwa persepsi seseorang tentang perpustakaan
dapat menentukan seseorang untuk mengambil sebuah keputusan akan menggunakan
perpustakaan atau tidak. Perpustakaan mestinya dapat membuat persepsi positif,
jika terdapat persepsi yang positif terhadap perpustakaan, maka perpustakaan
akan ramai dikunjungi dan dimanfaatkan oleh pemustaka.
Kesan positif perpustakaan harus dibangun, agar
perpustakan memiliki citra atau brand
image yang positif. Membangun brand
bukanlah sebuah pekerjaan yang ringan, namun memerlukan proses dengan waktu
yang cukup lama. Bagaimana
perpustakaan mencipkatan brand
sehingga pengguna akan semakain lengket dengan keberadaan perpustakaan.
Brand
pada dasarnya dibangun
sebagai sebuah label atau kepemilikan. Namun demikian, pada jaman sekarang
merek adalah sesuatu di mana orang-orang berharap banyak seperti dinyatakan
oleh Fisk dalam bukunya Marketing Genius
(2006 : 134). Dalam hal tersebut orang akan merefleksikan dan berhubungan
dengan merek-merek tersebut. Tindakan
akan dilakukan untuk mendefinisikan aspirasi mereka dan membuat mereka mampu berbuat. Jika
perpustakaan sudah mempunayai brand positif, maka perpustakaan akan
menjadi harapan semua orang dalam pemenuhan kebutuhan akan informasi atau bahan
perpustakaan.
Kesan positif terhadap perpustakaan perlu
dibangun, diantaranya adalah yang berhubungan dengan persepsi. Persepsi seseorang
terhadap perpustakaan dapat menyangkut banyak hal, seperti lokasi, keadaan
gedung, ruangan, perabot, fasilitas, koleksi, layanan, sampai pada persepsi
terhadap petugas perpustakaan atau pustakawannya.
Jadi obyek dari persepsi tidak hanya berupa gedung,
namun dapat dari sisi layanan, koleksi, ruangan, dan pustakawannya. Tentang
persepsi seseorang terhadap pustakawan akan menyangkut penampilan, keterampilan
serta sikapnya dalam melayani pemustaka. Penampilan seseorang akan
menggambarkan peran, status, pendidikan, pekerjaan, tingkat sosial, kepribadian
seseorang.
Seorang pustakawan jika ingin memiliki image profesional maka harus
memperhatikan penampilannya. Misalnya dengan mengenakan pakaian yang bersih,
pantas dan serasi. Perhatikan juga tatanan rambut dan kebersihan diri seperti yang disampaikan oleh Martini dan Farida dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perpustakaan (2010 : 4.39). Selain hal tersebut pustakawan jga
harus dapat menunjukan bahwa ia memiliki kompetensi atau kemampuan, bersikap
ramah dan bersedia membantu. (Djoko Pras)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar