Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu diberikan akal, pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan, dalam hubungannya dengan peran pustakawan sebagai makhluk sosial,
pustakawan adalah manusia yang selalu hidup dengan manusia lainnya. Manusia dikatakan makhluk
sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk
berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Manusia tidak akan bisa hidup
sebagai manusia jika tidak hidup ditengah-tengah manusia.
Pustakawan sebagai manusia, dapat berperan jika ada bantuan atau
kerjasama dengan orang lain, dengan demikian pustakawan dapat berkomunikasi dan
bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dari uraian tersebut di atas
dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena
beberapa alasan, seperti :
a.
Manusia tunduk pada
aturan, norma sosial.
b.
Perilaku manusia mengharapkan penilaian dari orang
lain.
c.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain.
d.
Potensi manusia akan berkembang jika hidup
ditengah-tengah manusia.
Keberhasilan pustakawan dalam melaksanakan tugas akan sangat tergantung
dari kemampuan seorang pustakawan untuk berhubungan dengan orang lain, baik
dengan sesama pustakawan, dengan atasan, ataupun dengan pengguna perpustakaan.
Pustakawan harus mampu membina hubungan interpersonal yang baik dalam beberapa
aspek, meliputi keterampilan sosial, empati, energi, persuasif dan toleransi.
Ada beberapa pertanyaan yang
dapat diajukan kepada
diri kita atau kita meminta umpan balik untuk menilai kualitas
interpersonal yang kita miliki, sebagai berikut :
a.
Keterampilan social, dalam hal ini terdapat berberapa
pertanyaan tentang diri pustakawan, yaitu : (1) apakah pustakwan sudah cakap
dalam membangun hubungan; (2) apakah pustakwan mudah bersosialisasi; (3) apakah
pustakwan sudah percaya diri; (4) apakah pustakawan sudah dapat merespon secara
hangat kepada orang lain, seperti pemustaka, teman, atasan atau bawahan; (5)
apakah pustakawan sudah dapat membangun kepercayaan; (6) pustakwan harus dapat
berkomunikasi secara lisan dengan mudah.
b.
Empati, dalam hal ini, (1) pustakawan harus dapat
melihat dan memperlihatkan apa yang saya lihat dari perspektif orang lain; (2)
pusrtakawan mesti sadar akan perbedaan nuansa social yang ada; (3) pustakawan
mesti sensitive terhadap perasaan orang lain.
c.
Energi, pustakawan harus memiliki energy, yaitu dengan
: (1) menunjukkan komitmen kepada orang lain dengan mau bekerjasama, menolong, dan menawarkan
gagasan serta menunjukkan antusiasme; (2) meminta feedback dari orang lain tentang kinerjanya; (3) pustakawan harus
dapat membuat sesuatu dapat berwujud dalam kekuatan penuh dengan cara yang
sensitive; (4) pustakwan mesti responsive dalam berhubungan dengan orang lain;
(5) pustakawan harus memiliki kekuatan dalam menghadapi tantangan baru; (6)
pustakwan harus memelihara semangat dengan orang lain dalam berbagai aktivitas.
d.
Persuasif, dalam hal ini pustakawan mestinya dapat
bertindak secara persuasive, dengan cara (1) pustakawan secara umum harus dapat
memberikan kesan yang baik dengan orang lain; (2) pustakawan harus dapat
berlaku baik dalam mencari pandangan orang lain; (3) pustakawan mesti mampu
menawarkan ide-ide dengan cara yang tidak defensive;
(4) pustakwan dalam menyelesaikan masalah ketika berkolaborasi dengan orang
lain secara bagus (5) pustakawan mampu mempengaruhi orang lain (misalnya untuk
kegemaran membaca)
e.
Toleransi, dalam hal topleransi maka (1) pustakawan
mesti sabar menghadapi kepercayaan dan nilai-nioai yang dipegang orang lain;
(2) pustakawan harus terbuka terhadap ide-ide dan kemungkinan-kemungkinan yang
ada; (3) pustakawan mesti dapat
berkomunikasi secara terhormat ketika timbul konflik dengan orang lain.
Didalam bekerja seorang pustakawan tidak hanya berhubungan denga benda
mati, seperti buku, dokumen, komputer, dan peralatan lainnnya. Pustakawan juga
harus berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan kerjanya, yakni hubungan
dengan atasan, dengan bawahan, dan sesama
pustakawan. Untuk dapat mengem-bangkan hubungan sosialnya di perpustakaan, maka
pustakawan harus dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan
orang-orang yang sama-sama bekerja di perpustakaan, agar kerjasama dapat
berjalan dengan lancar.
Membangun hubugan tidak hanya dengan orang-orang yang ada di dalam
perpustakaan, namun demikian pustakwan jga harus membangun hubungan dengan
orang di luar perpustakaan, seperti dengan pengguna perpustakaan. Apabila
pustakawan mempunyai hubungan interpersonal yang baik dengan pengguna, maka
mereka tidak akan enggan untuk datang atau mencari informasi ke perpustakaan. Pengguna yang datang ke
perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan
informasinya dan mendapatkan pelayanan yang baik dari pustakawan, seperti
mendapat sambutan yang baik, diperhatikan dan merasa nyaman ketika
mengkomunikasikan kebutuhannya.
Didalam mukadimah Kode Etik Pustakawan Indonesia dinyatakan “ Perpustakaan sebagai suatu
pranata diciptakan dan diadakan untuk kepentingngan masyarakat. Mereka yang
berprofesi sebagai pustakawan diharapkan memahami standar etika dalam
hubungannya dengan perpustakaan sebagai suatu lembaga, pengguna, rekan
pustakawan antara profesi dan masyarakat pada umumnya.
Untuk dapat menunjukkan perannya baik dalam lingkungan perpustakaan dan
masyarakat, seorang pustakawan harus memiliki keunggulan dalam profesi, hal
tersebut berarti bahwa seorang pustakawan harus memiliki kompetensi personal
yang meliputi, sikap keterampilan, dan kemampuan perorangan untuk bekerja efektif
dan memberikan sumbangan positif bagi organisasi, dan bagi masayarakat pada
umumnya.
Pustakawan agar lebih dapat berperan baik dalam organisasi, maupun pada
lingkungan masayrakat, maka harus dapat membangun hubungan interpersonal yang
baik dengan atasan, sesama pustakawan dan dengan pengguna serta masyarakat pada
umumnya. Sehingga tugas-tugas yang diemban oleh perpustakaan dapat
dikomunikasikan dengan baik kepada siapa saja yang berhubungan dengan
kepentingan perpustakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar